Pages

Sunday, April 26, 2009

::aku curik from hIKarI::

salam~

VolGames is here!!

Alhamdulillah, pukul 11 pagi semalam Malaysian Intervarsity Games-VolGames 2009 telah dirasmikan dengan jayanya.

As a part of the comittee, walopon saya berkaki bangku n bertangan bangku, terasa jugakla kehangatan bahang Volgames ni..lebih2 lagi bila tengok ajk2 yang berkerut dahi n xde masa nak senyum coz berdebar…malah ade rakan saya yang tak dapat tidur kelmarin sbb berdebar nak bertanding keesokan harinya…

Apa-apa pun kawan2,..main, main juge…hidup kita di dunia ni pun hanya permainan dan lakonan semata-mata..and every game has its rule…make sure u doesnt break any of His rule sepanjang2 Volgames ini (sepanjang2 hidup ini)..siapalah kita kalau Dia tak redha dengan kita, kan?

Tahniah kepada Rara yang menang pingat emas 400m semalam. You did it. You proved it-cover up doesnt limit your potential. There is no such things that the more layers you wear, the more obstacle you will have. That is nonsense. Kalau Allah nak bagi rintangan, pape pun dia boleh letak kat tengah jalan tu. I’m rooting for you, Rara! (nak tergelak teringat Humaira yang keluar air mata sbb terharu bila Rara menang =p)

Tahniah jugak kepada Muthiah - yang struggle jugak main walopun kaki yang injured x sembuh sepenuhnya lagi.

Tahniah jugak kepada Izyan n Keli, n semua peserta.

Dan berbanyak2 tahniah kepada ajk2 yang cover duty ‘petugas2′ yang x datang….

Sejuk hati tgk orang main pkai baju ‘ruhbanu billail’, band of akhwat, etc…bila bertukar pandangan je dah tau tu akhwat kita… =)) aahhh..so schweet~

Keep ‘love and fight’ for today n tomorrow!! Go, Volgo, Go!!!! \(^o^)/

p/s: saya kagum dengan bacaan doa semasa majlis perasmian…tahniah kepada beliau..saya sangat kagum dan bangga sekali..it is rare to find someone who could say the truth out loud like that..keep up the good job bro!! =)

love-n-fight

qabul-ibadah-12qabul-ibadah-21

For more info, click this <—highly recommended..ade video besh2 (nak upload kat sini tp xleh..huhu)

muhasabah,jom!

ia agak panjang...
tapi kalu korang nak bace, silelah...





Manusia hidup dan digerakkan oleh keinginan. Waktu dan segala yang dimiliki manusia dikonsumsi dan dipergunakan untuk merealisasikan keinginan. Tetapi sebuah pertanyaan menghadang kenyataan aksiomatis ini; yaitu kenginan seperti apa dan keinginan siapa yang patut selalu diikuti?

Manusia dalam posisinya dengan keinginan terbagi menjadi beberapa golongan:

Pertama, manusia yang hanya mengikuti keinginan dirinya. Tidak ada yang penting baginya kecuali yang dia mau. Barangkali dia mengira bahwa dirinya merdeka. Merdeka menentukan segala yang dia mau. Merdeka juga berpikir apa saja yang dia bayangkan. Independensi memang penting untuk membentuk kepribadian. Tanpa independensi seorang manusia hanyalah angka satuan yang tidak terlalu penting di tengah milyaran manusia. Tetapi independensi ada batasnya. Manusia yang tidak mengenal batas dirinya cenderung egois dan egosentris. Lebih jauh bahkan al-Qur’an menyebut manusia seperti ini sebagai manusia yang menyembah hawa nafsunya. Allah berfirman di surat al-Jatsiyah ayat 23:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (23)

23. “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS al-Jatsiyah: 23)

Rasulullah SAW juga menyebut orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya sebagai orang yang lemah.

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ. رواه الترمذي وابن ماجه وأحمد

“Orang yang cerdas adalah yang mengendalikan dirinya dan beramal untuk (kehidupan) setelah kematian, sedangkan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya tapi banyak berangan-angan atas (karunia) Allah.” (HR at-Turmudzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Kedua, manusia yang tidak punya keinginan independen. Dia selalu didorong oleh pihak luar. Lingkungan, teman, orang tua, bahkan seterunya selalu menjadi pusat perhatiannya, dan selalu mendorongnya untuk bereaksi. Orang seperti ini tidak punya pendirian. Apa kata orang itulah katanya. Ke manapun angin berhembus ke sanalah dia berlayar. Orang seperti sangat dikecam Rasulullah, beliau berkata:

لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً تَقُولُونَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَا تَظْلِمُوا. رواه الترمذي

“Janganlah kalian menjadi orang tidak berpendirian, yang mengatakan ‘jika orang-orang berbuat baik, kami juga berbuat baik, jika mereka berbuat zhalim, kami juga berbuat zhalim.’ Tetapi kuatkanlah pendirian kalian, jika orang-orang berbuat baik, berbuat baiklah, jika mereka berbuat zhalim, jangan kalian berbuat zhalim.” (HR at-Turmudzi)

Ketiga, manusia yang selalu berperang antara kemauan dirinya dan kemauan orang lain, dan juga kemauan Sang Pencipta. Dia selalu ingin mendapatkan penerimaan semua pihak tetapi tidak rela mengorbankan keinginan dan ambisi atau syahwatnya. Golongan seperti ini selalu diombang-ambingkan ketidakpastian tujuan. Peperangan sengit dan rumit terjadi dalam diri mereka. Yang mampu menemukan dirinya dalam naungan Allah akan selamat, tetapi yang terus tak mampu menemukan skala prioritas akan hidup dalam pederitaan batin dan gejolak pemikiran yang tak berakhir. Allah membuat perumpamaan terhadap orang seperti ini:

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلًا فِيهِ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ وَرَجُلًا سَلَمًا لِرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ الزمر: 29

29.” Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS az-Zumar: 29)

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ آخِرَتِهِ كَفَاهُ اللَّهُ هَمَّ دُنْيَاهُ وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهَا هَلَكَ. رواه ابن ماجه والحاكم وحسنه الألباني

“Barang siapa yang menjadikan pikiran-pikirannya menjadi satu pikiran yaitu pikiran akhirat, Allah cukupkan masalah dunianya. Dan barang siapa yang pikirannya bercabang-cabang di urusan dunia, Allah tidak perduli di lembah dunia mana dia akan binasa.” (HR Ibnu Majah dan al-Hakim dihasankan oleh al-Albani)

Semoga Allah menyelamatkan kita dari musibah seperti itu.

Keempat, manusia yang menenggelamkan dirinya dalam keinginan Sang Pencipta. Dia hanya menginginkan keridhoan Allah. Dia tahu bahwa dia hanya makhluk yang diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Manusia golongan ini adalah manusia luhur dan suci. Mereka menghayati firman Allah “Katakanlah bahwa sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam.”

Tetapi beberapa tantangan serius menghadapi mereka. Tidak sedikit kegagalan terjadi jika anak Adam ini tidak berhasil menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

Tantangan pertama adalah tantangan pemahaman. Sejauh mana anak manusia memahami apa yang Allah SWT tuntut darinya. Berapa banyak orang yang serius beribadah bahkan mengorbankan segala yang dia miliki untuk suatu hal yang sebetulnya tidak dituntut darinya. Betapa banyak kewajiban ditinggalkan karena melaksanakan ibadah sunah yang tidak prioritas dalam neraca Syariah. Betapa banyak kewajiban kolektif diabaikan padahal itu menyangkut kepentingan umum disebabkan sang manusia lebih asyik dengan ibadah personal yang porsinya bisa dibatasi. Betapa banyak bid’ah yang dianggap sunnah. Betapa banyak sunnah yang dianggap bid’ah.

Tanpa berpegang teguh pada pemahaman yang benar terhadap Qur’an dan Sunnah, sangat sulit seorang muslim dapat dengan tepat melaksanakan peranan dan tugas yang dituntut darinya.

Kesalahan yang paling parah adalah yang terjadi pada golongan yang menganggap bahwa penyerahan diri terhadap Allah adalah bersikap fatalis atau yang dikenal dengan kaum Jabriyah. Bahwa manusia hanya dituntut menyerah pada takdir, tidak perlu berusaha atau merencanakan masa depan yang baik. Iman kepada takdir mereka pahami sebagai sikap pasif terhadap usaha perubahan.

Umar bin Khaththab pernah begitu gusar dengan pemahaman seperti ini, ketika beliau dan beberapa sahabat hendak memasuki daerah yang dilanda wabah. Setelah bermusyawarah akhirnya diputuskan untuk membatalkan kunjungan ke daerah tersebut. Salah seorang sahabat menentang putusan itu, dan berkata, “Apakah kita lari dari takdir Allah?” Umar bin Khaththab terkejut dengan tanggapan tersebut, lalu menjawab, “Iya kita lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain.”

Allah mengecam orang-orang yang menggunakan takdir sebagai alasan untuk tidak melaksanakan hal-hal yang seharusnya. Allah berfirman:

سَيَقُولُ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا آَبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتَّى ذَاقُوا بَأْسَنَا قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَخْرُصُونَ

148. “Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan: “Jika Allah menghendaki, niscaya Kami dan bapak-bapak Kami tidak mempersekutukan- Nya dan tidak (pula) Kami mengharamkan barang sesuatu apapun.” Demikian pulalah orang-orang sebelum mereka telah mendustakan (para Rasul) sampai mereka merasakan siksaan kami. Katakanlah: “Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada kami?” Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta.”(QS al-An’am: 148)

Iman kepada takdir adalah kebenaran yang wajib diyakini, tetapi hal itu dimaksudkan agar kita tidak terjajah oleh masa lalu, tersiksa oleh penderitaan masa yang telah lewat, atau tertipu oleh sesuatu yang membuat kita terlena. Allah jelaskan dalam surat al-Hadid apa yang dimaksudkan dengan iman kepada takdir, Allah berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آَتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

22. “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.23. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS al-Hadid: 22-23)

Iman kepada takdir membuat seorang muslim tidak tenggelam dalam penderitaan atau tertipu oleh kenikmatan, karena dia sadar bahwa itu semua sudah ditetapkan oleh Sang Pencipta, Yang Maha Bijaksana dan semua yang Allah tetapkan selalu menyimpan hikmah dan kebijaksanaan. Singkat kata iman kepada takdir dapat menghindarkan sesorang dari pedihnya keputus-asaan dan tipuan kesombongan. Di sisi lain Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berbuat untuk kebaikan dirinya. Rasulullah SAW bersabda:

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَان. رواه مسلم

Bersunguh-sungguhla h meraih hal yang bermanfaat untukmu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan melemah. Jika Sesuatu menimpamu janganlah engkau berkata, ‘jika dulu aku lakukan ini pasti terjadi begini atau begitu.’ Tetapi katakanlah, Allah sudah menakdirkan, dan apa yang Allah kehendaki pasti terjadi. Karena kata ‘kalau’ membuka perbuatan setan[1].” (HR Muslim)

Kesalahpahaman lain yang sering terjadi dalam beribadah juga adalah pemahaman bahwa ibadah hanyalah terbatas pada hal-hal ritual. Banyak umat Islam yang masih belum memahami universalitas Islam, bahwa perintah Allah juga mencakup segala kebaikan di berbagai aspek kehidupan. Dengan ringan tangan banyak muslim yang menginfakkan jutaan rupiah untuk pergi haji atau umrah. Tetapi jumlah seperti itu sulit didapatkan untuk membangun proyek-proyek yang berkaitan dengan kemaslahatan bersama. Umat Islam sadar kalau sholat mereka batal kalau mereka berhadats, tetapi banyak tidak khawatir seluruh amalnya batal karena korupsi, kolusi dan menipu.

Kesalahpahaman yang juga banyak terjadi adalah berlebih-lebihan dan beragama. Ada yang berwudhu tapi sambil membuang air dengan mubadzir, ada yang sibuk mengucapkan niat sampai tidak bisa mengikuti sholat dengan baik dan khusyu’, ada yang sibuk dengan memendekkan pakaian sampai lupa memperhatikan hati dan memperbaiki akhlak. Ada yang terlalu berlebihan dalam masalah-masalah aqidah sampai mengkafirkan sebagian besar umat Islam. Ada yang begitu membenci kekafiran tetapi lupa berdakwah dengan hikmah dan nasehat yang baik. Begitu bahayanya sikap berlebih-lebihan dalam agama sampai Rasulullah SAW memperingatkan:

وَإِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ. رواه النسائي وابن ماجه والبيهقي والطبراني في الكبير وابن حبان وابن خزيمة وصححه الألباني

Jauhkan diri kalian dari berlebih-lebihan dalam agama. Sesungguhnya berlebih-lebihan dalam agama telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” (HR an-Nasa’I, Ibnu Majah, al-Baihaqi, at-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah, dan dishahihkan oleh al-Albani)

Begitu banyak kesalahan dalam beribadah terjadi karena ketidakpahaman terhadap Islam. Sebagian besar bersumber dari jauhnya umat Islam dari pemahaman yang baik terhadap Qur’an dan Sunnah. Jarak yang terjadi bervariasi, mulai dari yang tidak pernah membaca al-Qur’an sama sekali, sampai yang membaca tetapi tidak memahami maknanya. Ada yang memahami sebagian kecil lalu merasa cukup dan merasa sudah pandai, bahkan mengira bahwa Islam hanya terangkum dalam beberapa ayat dan hadits. Ada yang mengaku mengerti al-Qur’an dan meninggalkan Hadits. Ada juga yang serius dengan hadits Nabi SAW tapi justru meninggalkan al-Qur’an dengan tidak mentadabburi al-Qur’an dengan rutin.

Apakah itu semua karena memahami agama Islam sulit? Sama sekali tidak. Tetapi siapapun yang menghendaki suatu tempat tapi tidak melalui jalan yang sesuai pasti tidak akan sampai tujuan. Seperti dikatakan oleh seorang penyair:

تَرْجُو النَّجَاةَ وَلَمْ تَسْلُكْ مَسَالِكَهَا إِنَّ السَّفِيْنَةَ لَمْ تَجْرِ عَلَى يَبَسِ

“Kau harap selamat tapi tidak menempuh jalannya

Sesungguhnya bahtera tidak berlayar di atas daratan kering”

Tantangan kedua dalam ibadah adalah diri manusia itu sendiri. Dia berhadapan dengan hawa nafsunya yang sering menggodanya untuk meninggalkan perintah Allah. Dia akan berhadapan godaan dari luar, tetapi semua terkait dengan kekuatan tekad dan keteguhan pendirian hamba Allah tersebut.

Ketika hawa nafsu mengajak kepada hal yang jelas dilarang barangkali masalah menjadi jelas. Yang lebih rumit adalah ketika hawa nafsu mengajak kepada hal yang samar (syubhat), disini dua persoalan merajut satu sama lain sehingga memperumit tantangan. Yang lebih rumit lagi adalah ketika hawa nafsu mendapatkan pembenaran yang palsu. Ketika dalil-dalil syar’I yang mutasyabihat (yang samar) dapat digunakan untuk membenarkan pelanggaran.

Semua tantangan itu tidak mudah. Karena itu ibadah seorang hamba tidak akan sempurna tanpa memohon pertolongan Allah. Oleh sebab itu poros al-Fatihah yang harus diulang-ulang seorang muslim adalah: “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in.” (Kepada engkau kami menyembah, dan kepada engkau kami memohon pertolongan) . Seorang muslim yang menyembah Allah tanpa memohon pertolongan dari-Nya, niscaya akan terjebak dan terjatuh dalam tantangan-tantangan yang sulit dalam perjalan hidup yang penuh dengan ujian.

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita. Wallahu waliyyut taufiq.


[1] Yang dimaksud bahwa kalau membuka amal setan dalam hadits ini adalah menyesali masa lalu dan berandai-andai hingga menyiksa diri, padahal masa lalu tak akan diperbaiki hanya dengan penyesalan dan berandai-andai.

"Wasting Time is Wasting Life" -imam hasan al banna

Thursday, April 23, 2009

:) :) :)

bismillahirrahmanirrahim

baru selesai usrah dengan murobbiah baru saya!!! dan dia berumur 21 tahun (younger than me, yea~)

Pengisian malam ni, buat saya menginsafi sesuatu yang dah lama saya lupa!

ISLAM MEMBENTUK ASPEK SPIRITUAL/DALAMAN

Teringat lak kata-kata my gynaecology lecturer, "Vi mosleem, vse vremia smeutsia-dazhe ia ne znau shto vi shas dumaete, shto vi shas mechtaete. Prosto vi tak skromni, no vse zakrito"

Faham ke? hehe
maksud dia, "Kamu sume ni kan Muslim, sokmo-sokmo senyum and gelak. Sampai saya tak tau apa yang sedang awak fikir, apa yang awak impikan. Kamu sume ni sangat sederhana tapi most time, kamu lebih prefer untuk jadi perahsia"

Faham ke? Ada kaitan ke? :P
Islam menyebabkan kita tahu apa yang kita perlu dalam hidup ini.
Islam mengajar kita untuk memilih, bergaya, fi'il (berperangai) macam mana.

dan paling penting, Islam banyak membentuk dalaman, tidak luaran :)

Faham ke?
Perkara pertama untuk muslim ialah IMAN DAN TAQWA.

Apa ko bondo tuh?
Ia ialah sense dalam jiwa. Perasaan Allah itu ada, sedang melihat, Dia yang mencipta dan mematikan. Ia ialah perasaan takut kita pada Allah, sampai kita takut untuk buat apa2 melainkan yang Dia suka!

Dan dari sini, automatiklah kita dapat mencorakkan luaran kita... huh

Entah, lama-lama saya duduk di Rusia ni, saya sedar sesuatu yang sangat simple. HAHA

takda maknanya luaran :P
faham ke?

1.Russian women is heaven. Lawa giller (macam anak patung Barbie) even tadi delegasi from Yayasan Terengganu pun cakap macam tuh! hu, nasib isteri pakcik kat belakang :P *aku baru balek from meeting antara Pembesar-pembesar negeri Terengganu dengan anak Ganu (tajuk lain)

2.Russian doctors are superb! Diagnozing disease macam makan donut! Tak yah guna Xray/stetoskop pun! hebat3

3.Russian men as well, good like what ?!! HAHA

The point is, macam mana hebat pun mereka ni, kat dalam kosong!

faham ke?
Bila kita takde IMAN dan TAQWA ni, jiwa kita kosong.
Taktahu ke mana harus dipalingkan hati ini bila something comes.
Mereka tiada kekuatan TUHAN dalam hidup.
Melangkah HANYA dengan kekuatan diri (yang bermaksud LEMAH)

takpelah. ni pengisian untuk diri sendiri je after usrah...huh. it's almost 230am. let me sleep well before rocking netball court tomorrow! yeah~

p/s: dalam kemeriahan Volgames 2009, aku nak mengingatkan esok hari JUMAAT!!! and it is COMPULSORY for all MOSLEEM MEN to go praying Jumaat... dan untuk semua orang ISLAM - esok hari yang dipilih Allah sebagai hari kebesaran kita... jangan bazirkan ia dengan sia-sia... SIA-SIA???!

Wednesday, April 22, 2009

::step ahead::

the Homesickness must not be an obstacle for u and me to step ahead, o yeah!

Kaki mesti melangkah. Sebagaimana ia telah diciptakan Allah untuk melangkah!

Alhamdulillah, setelah struggle melepasi threshold keMANJAan diri, aku kini lebih yakin, heh heh :)


Pernah anda rasa tak keruan?
Pernah tak rasa nak buat sesuatu, tapi tak selari dengan fikiran?
Pernah rasa nak marah, tapi tak mahu?
Pernah tak, tiba-tiba rasa tak tahu keputusan apa yang perlu diambil?


####PEEEEEEEEERNAH####


And indeed, i am in that kind of state now. Dan artikel daripada Ustaz Halim ini akan cuba saya hadam betul-betul... BETUL BETUL... (Moga sahabat-sahabat pun boleh ambil iktibar daripadanya)

Akan berterusan seorang mukmin dan mukminah itu dipegang pada niatnya dalam setiap rancangan dan tindakan, walau berlalu masa yang panjang, tahun demi tahun, dekad demi dekad. “Seorang mukmin dipegang pada syarat-syarat (yang dibuat diawal)nya". “Hanyasanya amalan-amalan itu dengan niat-niat..” (Hadis).

Seperti peguam menjaga perjanjian antara dua orang, syarikat atau pihak, di dalam surat yang disimpan rapi. Apabila berlaku sesuatu maka tempat rujuknya ialah niat asal persefahaman antara kedua pihak. Dalam berkahwin, niat bukan di simpan di almari peguam, namum ia tersemat di hati sanubari di setiap mempelai. Apabila melayari kehidupan bersama sebumbung, niat asal akan sentiasa menjadi rujukan hati, sumber semangat, pengubat masalah, penyuluh pelan perancangan, pengingat ketika bersendirian, penjaga ketika berjauhan dan ruh yang mengalir ke dalam jiwa anak-anak bakal pejuang.

Beruntunglah mereka yang mula mengenal Dakwah, jalan dan tuntutannya sejak masih di bangku sekolah atau sebelum berkahwin. Dia boleh menyemak dan memperbetul kembali niatnya untuk berkahwin. Kepada yang telah berumahtangga, masa belum terlewat untuk memperbaharui niat kehidupan yang berbaki.

Ketika aku bertekad berkahwin dalam usia muda, belum mencecah 20 tahun, niat paling utama perkahwinan ialah untuk

(1) memahami Dakwah ini dengan lebih lagi,

(2) bekerja lebih bersungguh

(3) menyumbang bakti Dakwah kepada kaum Hawa juga, selepas selama ini hanya mencakupi lingkungan kaum Adam sahaja.

Hidup ketika dalam umur 20an dan sedang meningkat dewasa tentunya melalui tekanan sebagai seorang bujang, tanpa pasangan. Pada saya adalah sukar dalam memahami Dakwah ini dengan seoptima dan semaksimanya, hari demi hari, tahun demi tahun dalam keadaan tersebut. Ayat-ayat Allah saw dan Rasulullah saw sendiri menganjurkan kepada para syabab (belia) supaya berkahwin. Jika miskin, ALlah akan cukupkan dengan anugerahNya (An-Nur:32). Dakwah, samada pendakwah atau siapa yang akan didakwahkan, adalah terdiri dari kedua-dua kaum lelaki dan wanita. Allah Maha Pencipta juga menyebut tentang lelaki dan wanita, di dalam Al-Quran. Sudah tentu kita hanya akan memahami kaum wanita dengan lebih lagi hanya setelah kita berumahtangga. Setelah sumbangan-sumbangan yang diberikan kepada kaum lelaki, bagaimana kita dapat menyumbang yang terbaik kepada kaum wanita, jika kita bergerak tanpa isteri di sisi. Tentunya akan timbul masalah samada tiada jambatan yang natural (tabie) yang dapat menyampaikan kita secara Syariyy kepada mereka (tanpa isteri) atau jika kita redah juga (sebagai seorang bujang), akan timbul masalah-masalah lain pula samada dari diri kita sendiri atau dari kaum wanita itu sendiri. Ia boleh berpunca dari hati sendiri sebagai lelaki, hati wanita tersebut atau hati orang lain yang memerhati. Begitu logik yang bermain-main di akal fikiran saya ketika itu.

Saya bersyukur, alhamdulillah, dari sejak berumur belasan tahun lagi hingga kini, Dakwah sentiasa menjadi congak teratas di dalam membuat sebarang kira-kira dan keputusan.Siapa yang Hijrahnya untuk Allah dan Rasul, maka Hijrahnya adalah untuk Allah dan Rasul. Siapa yang Hijrahnya untuk dunia yang diburu atau wanita yang ingin dinikahi, maka Hijrahnya untuk apa yang di nak tu …” (Hadis). Tidakkah Dakwah ini tuntutan tertinggi Allah dan RasulNya. “Siapakah orang yang lebih baik kata-katanya selain dari Pendakwah kepada Allah, beramal saleh dan berkata aku dari kalangan orang Islam” (Fussilat:33). Dari Hadis di atas terasa jaminan Allah, Empunya hati dan cinta, kepada orang yang berkahwin kerana Dakwah - siapa yang berkahwin kerana Dakwah Allah dan RasulNya, maka Allah akan menjaga dan membimbing rumahtangga, isteri dan anak-anaknya nanti, melalui panduan yang ditunjukkan RasulNya.

Aku bertekad untuk teruskan hasrat berkahwin pada tahun 1985 itu, walau berusia muda, belum mencecah 20 tahun. Pinangan dibuat pada bulan Jun 1985 melalui Abang Zulemly Shaari dan isterinya, Kakak Azlin Sanusi dengan syarat kami mesti berkahwin segera. Sekiranya pihak keluarga sebelah perempuan meminta ditangguh sehingga tamat pengajian, maka pinangan itu tidak jadi diteruskan. Itu sahaja. Beruntunglah sekiranya Dakwah telah terlebih dahulu, sebelum calun pemudi, berjaya menambat hati seorang pemuda. Ini hakikat yang difahami dan dihayati di tahun 1985, dicernakan dalam perkahwinan yang berlangsung di Mt Gravatt Mosque, Brisbane pada 27.7.1985, alhamdulillah.


{Dan ini kata-kata yang saya kepingin untuk kedengaran dari insan bernama suami...}


Pada tahun 1996, dihari kematian isterinya setelah 51 tahun bersama, inilah juga hakikat yang saya dapati dari kisah yang diceritakan oleh Mustafa Masyhur, Mursyid Am Ikhwan Muslimin ke 5, di hari perkahwinannya, dia berkata kepada isteri yang baru dikahwininya, Sebelummu, aku telah berkahwin dengan seorang yang sangat aku cintai, tidak rela aku berpisah darinya. Aku harap engkau faham dan tidak memarahi aku“. Isterinya bertanya, “Siapakah dia?”. Mustafa Masyhur menjawab, Dakwah di Jalan Allah. Isterinya menjawab, “Dia adalah tuanku dan aku adalah khadamnya“.

Monday, April 20, 2009

so much imperfect!







So much imperfect, beautifully imperfect to make your life completed?

How was it, complicated huh?

I am so sorry, it is just me who had not written any piece for ages :)

well, I find that this video is sssssssssooooooo touching, heh

::homely-mode me::


AKU dan FAMILI

Saban minggu, aku dikejutkan dengan sms yang berbaur emosi, semestinya daripada bondaku. Minggu lepas, tanggal 12 April 2009, genaplah 24-tahun-anniversary parents aku. huh, impressive. Aku pun tercabar dibuatnya, heh heh

Dan tak lupa, each sms yang aku dapat, aku selami jauh ke dalam lubuk hati si pengirimnya, bondaku. Dan lebih tepatnya, aku meletakkan diri aku di dalam kasutnya. Oh!

Kesimpulan yang aku dapat:

1. Aku bukan pencinta yang hebat seperti bondaku
2. Aku tentu tidak mampu melangkah jika aku sendirian
3. Aku tak secekal bondaku
4. Aku perlu lebih banyak tarbiyyah dzattiah
5. Hubungan aku dengan Allah masih jauh

Sakit yang menimpa ayahku bukan sembarangan. Aku malas menyebutnya di sini. Aku yakin, ramai yang dapat menduganya andai aku taip frasa dan stage nya di sini. Tapi, cukup aku katakan, ia menyebabkan bapa aku dilabel "invalid" untuk sebarang pekerjaan.

Dan kini, aku sedar, backbone of the family is bondaku.

Aku mahu doa yang baik-baik untuk kedua ibu bapaku.
Aku mahu mereka menghabiskan sisa-sisa (20 tahun paling lama, barangkali) hidup mereka dengan keadaan dekat pada Allah.
Biar apa-apa yang berlaku, cuma buat kita sekeluarga lebih banyak menyebut namaNya.
Jangan sampai kita jadi KUFUR NIKMAT.
Bila ditimpa kesusahan, islam mengajar kita melihat orang yang lagi (lebih) susah daripada kita. Bukan orang lagi kaya (hebat/sempurna).

Sesungguhnya, anakmu ini sangat hebat dan petah berkata-kata,ma!

Tempat SYURGA selayaknya hanya untuk wanita solehah......
dan kudoakan dirimu di tempat itu (T_T)

Saturday, April 4, 2009

anda DAIE bukan CELEBRITY!

mantap! -my comment-



Lepas subuh tadi, sempat saya belek kembali majalah HIDAYAH dari Indonesia yang telah dibaca minggu lepas. “Penyakit para daei”, itulah tajuk yang sangat menyentuh hati saya.

Antaranya, penulis mengingatkan betapa para pendakwah kekadang terlalu sibuk mengajar hingga tidak sempat belajar. Terlalu ghairah menyampaikan hingga kurang menjadi “pendengar”. Terlalu acap ke luar diri, sudah jarang kembali ke dalam diri.

Itu akan menjadikan hatinya keras, dalam kelembutan dakwah secara lisan atau tulisannya. Menjadi akalnya dan pemikirannya tumpul justeru ilmunya seputar itu-itu juga.

Benar-benar saya terkesima. Pengalaman memberitahu bahawa “hati kecil” sentiasa mengingatkan bahawa pendakwah bukan lilin yang menerangi orang lain dengan membakar dirinya sendiri. Ilmu, kata-kata dan tulisaannya bukan komoditi niaga yang asyik dipromosi untuk mempopularkan diri. Hingga kekadang tanpa sedar, manusia ditarik bukan lagi kepada Ilahi, tetapi kepada diri sendiri.

Malang, bila pendakwah jadi “peniaga” yang menjaja bahan dakwah dan tarbiah mengikut selera massa. Dan kejayaan diukur oleh gelak getawa dan puji-puja masyarakat atas keterampilan kata dan gaya. Persis seorang selebiti! Mereka tidak lagi berdiri teguh sebagai karang di dasar lautan yang teguh bagaikan “doktor” memberi kepada ummah apa yang menyembuhkan walaupun terpaksa bergelut dengan kepahitan.

Bukan marahkan sesiapa, tetapi sekadar mengingatkan diri. Mengapa dalam arus ilmu dan maklumat, ceramah dan kuliah, masyarakat sangat kurang berubah? Mengapa jenayah semakin marak? Apakah dakwah kita sudah semakin tawar? Apakah tarbiah kita semakin hambar? Fikir-fikirkanlah. Kata yang datang dari hati… pasti jatuh ke hati. Bukan soal kecerdasan dan gaya, tetapi soal keikhlasan, hikmah dan taqwa.

Mengenangkan itu, teringat saya pada tulisan sendiri pada musim-musim yang lalu. Saya ingin berkongsi semula dengan saudara/i apa yang pernah saya luahkan dalam tulisan bertajuk…

KAU MURABI BUKAN SELEBRITI!

Leaders are learners - pemimpin adalah individu yang sentiasa belajar. Begitu saya diingatkan berkali-kali. Malah, satu ungkapan yang sering menjadi pegangan saya ialah saat kita berhenti belajar saat itulah kita akan berhenti memimpin - when you stop learning, you stop leading.

Ya, walaupun saya bukan pemimpin dalam skla yang besar tetapi saya adalah pemimpin keluarga dan setidak-tidaknya pemimpin diri sendiri.

Hakikat ini mengingatkan saya kepada perbualan bersama Pak Long - orang tua kampung saya pada minggu yang lalu.

“Kau asyik mengajar sahaja, bila kau belajar?” tanya Pak Long pada satu hari.
Saya diam. Saya tahu, Pak Long bukan bertanya sebenarnya, tetapi dia mengingatkan.
“Apa yang kau selalu tulis dan cakapkan tu… betul-betul sudah kau amalkan?”
Saya bertmbah diam. Selain ayah, Pak Long adalah orang yang paling saya hormati… malah saya takuti (kadang-kadang) .

Namun begitu, Pak Longlah tempat saya ‘ziarah’ apabila ada sesuatu keputusan, kemusykilan atau kecelaruan berlaku dalam episod hidup saya. Sejak saya masih di sekolah rendah, hinggalah kini Pak Long adalah ‘guru’ saya.

“Saya hanya penyampai Pak Long. Apa yang saya tulis dan cakap merupakan gugusan pengajaran yang bukan hanya diambil dari pengalaman diri saya tetapi juga orang lain. Saya juga berharap apa yang telah saya sampaikan, dapat juga saya amalkan.”
“Jangan hanya berharap, berusaha!” pintas Pak Long.
“Insya-Allah,” jawab saya pendek.

“Bagus tu. Jangan menulis ‘diri’ sendiri. Ingat pesan ni, orang yang bijaksana, menulis tentang ilmu. Orang cerdik menulis tentang peristiwa. Orang pandai menulis tentang ‘orang lain’. Hanya orang bodoh menulis tentang dirinya sendiri.”

Saya mengangguk perlahan. Dalam maknanya kata-kata Pak Long kali ini.

“Pak Long lihat ada kecenderungan sestengah penulis asyik menulis tentang dirinya. Begitu juga penceramah yang asyik bercakap tentang ‘aku’nya.”
“Tapi Pak Long, tak salah kalau pengalamannya itu dapat dikongsi oleh orang lain. Malah itu lebih ‘real’ daripada apa yang dialami orang lain.”

“Betul. Tak salah. Tetapi jangan keterlaluan.”
“Kenapa Pak Long?”
Sebab, kekuatan ilmu lebih ampuh daripada kekuatan peribadi. Biar pembaca atau pendengar bersandar kepada kekuatan ilmu yang diketengahkan, bukan kekuatan peribadi penulis atau penceramah itu sendiri.”
“Kenapa Pak Long?”
Pak Long merenung tajam. Dia faham kali ini saya bukan hanya menyoal tetapi mempersoalkan.

“Pak Long lihat, penulis atau pendakwah masakini tidak syumul dari segi personalitinya. Tak payahlah Pak Long huraikan lebih terperinci… muhasabahlah diri masing-masing.”
“Maksud Pak Long, golongan ini banyak kelemahan? Biasalah Pak Long. Siapa yang sempurna? Apakah hanya apabila semuanya sempurna baru kita boleh berdakwah?”
“Tidaklah begitu. Tetapi biarlah pendakwah sekurang-kurangnya ‘lebih sempurna’ sedikit daripada golongan yang diserunya.”
“Kalau tidak?”
“Masyarakat akan kecewa, apabila melihat figur-figur yang mereka kagumi malah ingin teladani… tidak seperti yang mereka harapkan.”
“Pak Long, sejak dulu kita diajar bertoleransi dalam hal-hal yang begini. Pendakwah tidak sempurna seperti ‘bahan’ dakwahnya. Begitu juga Islam, dengan umat Islam. Islam sentiasa hebat, tetapi muslim adakalanya hebat adakalanya tidak, bergantung sejauhmana mereka mengamalkan Islam itu sendiri!”

“Hujah lama,” balas Pak Long.
“Tapi masih relevan… Pak Long,” saya seakan merayu.
“Kalau hujah tu diputar-balik begini macam mana… Ya, kalau Islam sentiasa hebat tetapi umatnya belum tentu. Jadi kalau begitu, di mana letaknya keupayaan Islam dalam menjana kehebatan umatnya?”

Sahih, saya terperangkap. Seperti biasa, hujah Pak Long akan bertambah gagah, kalau disanggah. Justeru, kerana itulah saya selalu ‘melawan’. Pak Long bukan guru - kau diam, aku cakap! Tetapi dia adalah guru yang ‘demokratik’ - prinsipnya: Mari sama-sama kita cari kebenaran.

“Kau tidak pernah terbaca tulisan Dr. Yusuf Al Qaradhawi tentang kelohan seorang intelektual Barat yang baru memeluk Islam? Apa kelohannya?”
“Maha suci Allah yang telah memperkenalkan aku Islam sebelum aku mengenal muslim…”
“Tahu pun. Jika intelektual itu kenal muslim, mungkin dia tidak tertarikpun untuk memeluk Islam. Jadi dari segi tertib…siapa yang kita nak perkenalkan dahulu? Muslim atau Islam?”
“Islam Pak Long,” saya akur. Tunduk.
“Ya, itulah maksud Pak Long… pendakwah atau penulis, mesti mengenegahkan prinsip dakwah, Islam dan tarbiah, bukan input peribadi atau personalitinya. Bawa orang kepada Allah, bukan kepada diri, bawa orang kepada Islam, bukan kepada produk atau kumpulan. “
“Terimakasih Pak Long… selalu-selalulah ingatkan saya.”
“Ingat pesanan Pak Long ni… pendakwah adalah seorang murabbi bukan selebriti!”

(Pesanan Pak Long yang akhir itu sampai sekarang masih ‘menikam’ saya!)


mantap -aku komen lagi-